Minggu, 30 Mei 2010

DIdikan Bunda 2

B. Mendidik Keimanan

· Cinta Pada Allah

Bunda shalihah,

Mengenalkan Allah pada bayi merupakan kewajiban bagi setiap orangtua, khususnya Bunda yang menjadi guru pertama. Nabi SAW bersabda,

“Bacakanlah kepada anak- anakmu kalimat pertama dengan Laa ilaaha illaLlah (tiada tuhan selain Allah).” (HR. Al Hakim dari Ibnu ‘Abbas)

Pendengaran adalah indra pertama kali yang berfungsi dibanding indra lainnya. Van De Carr dan Marc Lehrer mengatakan bahwa kemampuan bayi untuk merasakan stimulus telah berkembang dengan cukup baik pada usia 5 bulan (20 minggu). Bayi dalam rahim mendengar suara- suara serta merasakan getaran dan gerakan. Akan tetapi stimulus ini tidak mempunyai arti atau pola, ia tidak dapat belajar dari hal- hal tersebut dan cenderung mengabaikan bunyi dan gerakan di luar lingkungannya.

Bunda dianjurkan membaca kalimat tauhid pada bayi agar kalimat tauhid dan syiar Islam menjadi yang pertama yang masuk ke pendengaran anak, kalimat pertama yang sudah ia kenal dan kalimat pertama yang diucapkan oleh lisannya serta kalimat pertama yang difahami anak. Dengan ini Bunda sudah mengajarkan dasar keimanan pada anak sebelum lahirnya, sehingga ketika lahir nanti ia sudah terbiasa dengan kalimat tauhid dan keimanan. Ini memudahkan Bunda untuk mendidiknya dengan keimanan setelah lahirnya namun masih tetap dalam didikan dan pengawasan Bunda. Bunda bisa membacanya berulang ulang pada bayi dalam rahim Bunda.

· Cinta Pada Al Quran

Didiklah anak- anakmu pada tiga hal : mencintai Nabimu, mencintai keluargnya dan membaca Al Quran. Sebab, orang- orang yang ahli Al Quran itu berada dalam lindungan singgasana Allah pada hari tidak ada perlindungan selain daripada perlindungan-Nya beserta para Nabi-Nya dan orang- orang yang suci.” (HR ATh Thabrani dari ‘Ali ra)

Bunda Shalihah,

Dalam hadis di atas, RasuluLlah menyuruh Bunda untuk mengajarkan Al Quran pada anak Bunda. Karena Al Quran akan menjadi pegangannya selama menjalani kehidupan, baik ketika Bunda masih bersamanya maupun saat Bunda tidak ada. Dalam suatu hadis juga dikatakan,

“siapa yang membaca Al Quran, mempelajarinya, dan mengamalkannya, maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti cahaya matahari dan kedua orangtuanya diapakaikan dua jubah (kemuliaan) yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, “mengapa kami dipakaikan jubah ini?” Dijawab, “karena kalian berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Quran.” (HR Al Hakim)

Pernahkah Bunda mendengar seorang Doktor cilik penghafal Quran? namanya adalah Muhammad Hussein Tabataba’i. Kami akan menceritakan sedikit tentang Ibunda beliau. Ketika hamil, Ibunda Hussein dalam sehari membaca minimal 1 juz Al Quran dalam sehari. Beliaupun sudah memiliki tekad untuk menghafalkan Al Quran bersama dengan suaminya. Ibu Hussein mendidik anaknya untuk belajar Al Quran sejak Hussein masih berada dalam kandungannya. Bunda pun bisa seperti Ibunda Hussein. Dengan cara mendengarkan ini Bunda sudah mendidik bayi untuk membaca Al Quran, sehingga ketika lahir ia sudah terbiasa dengan bacaan Al Quran. Bahkan terikat hatinya dengan Al Quran baik semangat, motivasi dan inspirasi bagi hidupnya kelak.

Gisselle E. Whitwell seorang birthworks certified childbirth educator mengatakan “the sound environment is very rich”. Suara rahim membentuk dimana suara ibu secara khusus muncul sangat jelas dan sangat berbeda dengan suara yang ada dalam ketuban itu sendiri. Suara ini sangat penting karena menjadi penentu pertama pola komunikasi dan ikatan. Beberapa peneliti telah menemukan bahwa bayi menjadi lebih tenang dan lebih mandiri saat berhubungan dengan suara intra rahim.(Murooka et.Al 1976; DeCasper 1983;Rossner 1979 dalam kolom the importance of prenatal sound and music, Giselle E whitwell,MT-SM)

· Cinta Pada Rasul dan keluarganya

Didiklah anak- anakmu pada tiga hal : mencintai Nabimu, mencintai keluargnya dan membaca Al Quran. Sebab, orang- orang yang ahli AL Quran itu berada dalam lindungan singgasana Allah pada hari tidak ada perlindungan selain daripada perlindungan-Nya beserta para Nabi-Nya dan orang- orang yang suci.” (HR ATh Thabrani dari ‘Ali ra)

RasuluLlah menganjurkan Bunda untuk mendidik anak mencintai Rasul dan keluarganya agar anak Bunda dapat meneladani perjalanan hidup orang- orang shalih terdahulu, agar memiliki rasa keterikatan dengan Islam baik perjuangan maupu kejayaannya. Bunda dapat membacakan kisah- kisah para Nabi padanya. Bukan hanya memperdengarkan kisah para Nabi dan orang- orang shalih, tapi Bunda juga merasakan semangat dan kecintaan Bunda pada Nabi dan keluarganya, semangat perjuangannya, gelora keimannaya, sehingga bayi Bunda dapat belajar semua itu melalui Bunda. Semua itu bertujuan agar kelak ketika lahir dan menjalani perkembangannya, lisan anak menjadi lurus, semangat mereka menjadi tinggi, hati mereka menjadi tenang, airmata mereka berlinang dan iman serta keyakinan akan meresap dalam jiwa mereka.

Bunda, seorang teman bercerita ketika dewasa ia selalu terharu, sedih dan menangis setiap kali mendengar bacaan Al Quran di masjid belakang rumahnya. Tiap menjelang subuh dan menjelang maghrib seperti merasakan sesuatu yang berbeda dalam jiwanya, padahal ia sudah meninggalkan kampung itu selama 15 tahun. Ia bingung dan bertanya kenapa bacaan Al Quran yang ia baca iramanya sama dengan yang dibaca di masjid selama bertahun tahun. Ternyata, selama dalam kandungan ia selalu mendengarkan bacaan Al Quran di masjid itu. Setiap menjelang subuh dan ia tidak menyadari itu. Hingga saat ini tiap kali pulang kampung ia selalu mendengarkan dan merindukan bacaan itu.

Seorang sahabat kami bercerita saat hamil ia sering memutar bacaan Quran surat Ar Rahman, setelah lahir setiap kali anaknya menangis secara tidak sengaja ia memperdengarkan bacaan surat Ar Rahman dan anaknya diam mendengarkan.

· Mengenalkan halal haram

Bunda shalihah,

Bunda adalah guru pertama, teladan pertama. Bunda dapat mengajarkan pada bayi dengan akhlaq Bunda. Pakaian, makanan dan benda apapun yang Bunda gunakan haruslah halal. Pakaian yang Bunda kenakan meskipun tidak berbeda rasa antara berasal dari harta halal atau haram, Allah Maha Tahu dan ia akan sampai pada anak. Begitu pula dengan makanan yang Bunda makan akan masuk juga ke tubuh bayi baik halal maupun haram. Halal ataupun haramnya akan berpengaruh pada akhlaq anak nantinya. Sesungguhnya dalam rahim, bayi sudah dapat merasakan apa yang diketahui maupun tidak diketahui oleh Bunda karena Allah memberi ilham padanya dan Allah yang mengajarkannya sebelum Bunda.

Ibnu Jarir dan Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas ra bahwa ia berkata:

“Ajarkanlah mereka untuk taat pada Allah dan takut berbuat maksiat pada Allah serta suruhlah anak- anak kamu untuk mentaati perintah- perintah dan menjauhi larangan- larangan. Karena hal itu akan menjauhkan kamu dari api neraka.”

Bunda, hal ini agar Bunda perhatikan karena ketika nafkah itu tidak halal maka ia akan mengalir ke dalam darah bayi. Dari penghasilan yang halal maka semua yang dinafkahi dengan harta halal akan berkah dan mempengaruhi ketaatan anak pada Allah dan orangtua. Juga mempengaruhi akhlaq anak nantinya, jika ia haram maka doa- doanya tidak diijabah dan sesuatu yang haram disukai syaithan. Jika ia halal maka doa doanya diijabah dan sesuatu yang halal dan baik akan diridhai Allah dan diberkahi serta bermanfaat.

Bunda, mengajarinya sejak dalam kandungan dimaksudkan agar ketika ia membuka matanya pertama kali dan dalam masa perkembangannya menuju dewasa, ia telah mengenal perintah- perintah Allah sehingga ia bersegera untuk melaksanakannya. Mengerti larangan- larangan Allah sehingga menjauhinya.

· Ajaklah ia shalat

Bunda shalihah.

Bunda pastinya sudah mengetahui bahwa shalat itu hukumnya wajib. Hendaknya BUnda mengajarkan bayi Bunda untuk shalat. Bunda dapat mengajarinya dengan berdialog terlebih dahulu, Bunda bisa katakana, “Nak, kita shalat ya” atau dialog lain yang menunjukkan bahwa Bunda akan melakukan shalat. Namun sebelumnya, Bunda bisa mengajarkan ia berwudhu. Dimulai dengan dialog juga. Katakan padanya,”Nak, sebelum shalat kita berwudhu dulu ya”, lalu Bunda melakukan gerakan- gerakan berwudhu. Selama 5 kali dalam sehari bayi akan mengenali gerakan- gerakan itu. Dalam shalat pun seperti itu, setiap kali Bunda shalat ia mengetahui apa- apa yang Bunda lakukan.

“Perintahkan anak- anakmu untuk shalat jika mereka berusia tujuh tahun. Dan jika mereka sudah berusia sepuluh tahun, maka pukullah mereka jika tidak mau melaksanakannya dan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR Al Hakim dan Abu Dawud dari Ibnu ‘Amr bin ‘ash)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ahlan wa sahlan